Minggu, 10 Agustus 2008

Buffett, Kaya karena Sabar dan Telaten

Buffett, Kaya karena Sabar dan Telaten

Majalah Forbes menobatkan investor kawakan Wall Street, Warren Buffett, menjadi orang terkaya di jagat ini, menggantikan posisi Bill Gates yang sudah 13 tahun terakhir mendominasi daftar orang terkaya. Gates kini ada di posisi ketiga dengan kekayaan 58 miliar dollar AS. Posisi kedua ditempati jutawan telekomunikasi dari Meksiko, Carlos Slim HelĂș, yang memiliki 60 miliar dollar AS.
Kekayaan Buffett tahun 2007 naik dari 52 miliar dollar AS menjadi 62 miliar dollar AS, setara dengan Rp 570 triliun. Kekayaan Buffett, yang sering disebut ”Oracle from Omaha” ini, dihitung berdasarkan nilai sahamnya di perusahaan Berkshire Hathaway dan aset lain yang dia miliki.
Saham kelas A Berkshire naik 25 persen selama periode Juli 2006-Februari 2008. Harga saham itu sempat mencapai 150.000 dollar per lembar. Buffett membeli saham Berkshire 46 tahun lalu seharga 8 dollar per lembar, pada saat perusahaan itu merupakan perusahaan tekstil.
Kekayaannya tak datang dalam satu-dua tahun. Sejak muda Buffett memutar otak untuk mencari uang dan mengembangkan aset. Kemampuan finansialnya terasah sejak muda, pada saat anak seusianya senang bermain sepak bola.
Langkahnya dalam berinvestasi selalu menjadi perhatian investor perorangan. Tahun lalu muncul rumor dalam milis investor perorangan bursa Jakarta, sang investor fundamental Warren Buffett ”berbelanja” saham di Bursa Efek Indonesia. Segera para anggota milis ramai menebak saham apa yang kira-kira diborong investor kawakan ini. Tak hanya itu, di toko-toko buku tidak sedikit buku panduan investasi yang mengupas cara-cara sukses berinvestasi ala Buffett.
Dia bukan investor ”ji-go-bur”, investor yang mendapat kentungan ala jigo-gocap, beli saham pada harga Rp 25 lalu kabur saat harga Rp 50. Ia tak mengambil untung dari aksi beli saham pagi hari, lalu menjualnya pada sore hari.
Investasinya didasarkan pada nilai intrinsik perusahaan, bukan pada kenaikan harga saham yang didongkrak alias ”digoreng”. Dia memegang saham dalam jangka panjang dan tak melakukan perdagangan saham dalam tempo singkat.
Ada satu hal yang dilakukan Buffett dan banyak orang tak tahu. Saat membeli saham perusahaan, hal yang dia lihat adalah apakah cerobong asap perusahaan masih mengepul. Ini adalah salah satu indikator baginya, perusahaan itu benar-benar eksis dan operasional.

Sabar
Anak kedua dari tiga bersaudara ini pada usia enam tahun membeli enam Coca-Cola dari toko kakeknya seharga 24 sen. Dia menjual kembali kaleng-kaleng bekas minuman itu dengan harga nikel dan mendapatkan untung sebesar 5 sen.
Pada usia 11 tahun, Buffett membeli tiga unit saham Cities Service Preferred seharga 38 dollar per saham untuk dia dan kakaknya, Doris. Tak lama setelah dia membeli saham itu, harganya melorot menjadi 27 dollar per saham. Dengan sabar Buffett menunggu hingga harga saham naik menjadi 40 dollar, lalu menjualnya.
Buffett menyesal karena akhirnya saham Cities Service Preferred menjadi 200 dollar per saham. Peristiwa ini membawa pesan penting bagi dia dalam berinvestasi: bersabarlah!
Tak lama setelah membeli saham Berkshire tahun 1962, dia lalu menjadi pemegang saham pengendali pada 1965. Dia lalu membeli perusahaan asuransi dan dengan cerdik menginvestasikan cadangan kas perusahaan itu.
Kemudian, Berkshire menginvestasikan uangnya pada perusahaan asuransi seperti GEICO dan General Re, perhiasan Borsheim, perusahaan makanan Diary Queen, dan perusahaan permen See’s Candies. Perusahaan itu juga menjadi pemegang saham bukan pengendali pada Anheuser-Busch, Coca-Cola, dan Wells Fargo.
Strategi investasinya sederhana. Dia tak dipusingkan oleh rumor yang setiap hari berseliweran di kalangan para investor saham. Buffett fokus pada perusahaan dengan saham berharga murah, tetapi punya kesempatan berkembang.
Buffett hanya mau berinvestasi pada saham-saham perusahaan yang bisnisnya dia kenal dengan baik. Ia memiliki saham Coca-Cola dan tak pernah menjualnya. Pada saat bisnis internet meledak, semua orang di pasar saham seakan terlanda eforia dan beramai-ramai membeli saham-saham dotcom. Ia tak tergoda. Saham perusahaan berbasis internet seperti Global Crossing dan Etoys.com pernah seharga 80 dollar per unit, tetapi kini saham-saham tersebut tak berharga. Dia tidak pernah membeli saham perusahaan dotcom. Tentu penilaian Buffett tidak pas untuk saham Google.
Lepas dari itu, saat membeli saham, Buffett tak pusing dengan tabel, rumus, grafis, dan analisis teknikal. Dia lebih menganalisis secara fundamental perusahaan yang hendak dibeli. Buku favoritnya adalah The Intelligent Investor karya Ben Graham, gurunya. Graham menulis, berinvestasi adalah mengenai kemampuan untuk memahami gambaran besar, bukan terpaku pada detail-detail teknis.
Akan tetapi, strategi Buffett berlandaskan kesabaran dan ketelatenan itu hanya bisa diterapkan di negara dengan bursa yang memiliki sistem kuat. Artinya, dalam bursa itu pengawas harus kuat dan emiten (perusahaan penerbit saham) mesti jujur. Masalahnya, ada juga bursa di dunia yang berisi perusahaan tak kredibel dan pengawas bursa yang bisa disuap.

Sederhana dan murah hati
Buffett tetap sederhana dan tinggal di kawasan Dundee, Omaha, yang dia beli tahun 1958. Ia bersahabat baik dengan pasangan Bill dan Melinda Gates.
Buffett memberikan 10 juta saham Berkshire untuk Yayasan Bill & Melinda Gates senilai 30,7 miliar dollar. Jumlah itu merupakan sumbangan terbesar sepanjang sejarah.
Dia juga menyumbangkan saham Berkshire senilai 6,7 miliar kepada Yayasan Susan Thompson Buffett. Orang kaya ini juga merupakan penyumbang untuk calon presiden Hillary Clinton ataupun Barack Obama.
Kehidupan rumah tangganya agak membingungkan. Istrinya, Susan, yang dinikahi tahun 1952, meninggalkan dia pada 1977, pindah ke San Francisco. Tetapi, secara hukum mereka tidak pernah bercerai hingga Susan meninggal pada 2004. Hubungan keduanya tetap baik walaupun tidak tinggal satu atap.
Susan, penyanyi kabaret, pun masih sering mendampingi Buffett. Susan pula yang memperkenalkan Buffett kepada Astrid Menks, pelayan restoran di sebuah kafe di Omaha. Satu tahun setelah Susan meninggalkan Buffett, Astrid hidup bersama Buffett atas restu Susan.
Dalam banyak kesempatan, mereka bertiga tampil bersama. Dua tahun setelah Susan meninggal, barulah Buffett secara resmi meminang Astrid sebagai istrinya. (Forbes/Berkshire)

Lumpuh Membawa Berkah Sukses di Pasar Modal

Lumpuh Membawa Berkah Sukses di Pasar Modal

Hyderabad - Kecelakaan yang melumpuhkan kedua kakinya tak lantas membuat hidup Burla Sujata berakhir. Perjuangan yang luar biasa ia tempuh hingga bisa menuai sukses dari booming pasar saham India.

Sujata, 21 tahun, mengalami kecelakaan 6 tahun silam. Mobilnya bertubrukan dengan truk saat menuju ke kuil dan menyebabkan kedua kakinya harus lumpuh.

Tanpa kedua kakinya, Sujata tak bisa lagi menjalankan bisnis studio fotonya. Namun semangat Sujata tak hilang bersamaan dengan lumpuhnya kedua kaki.

“Setelah kecelakaan, tidak ada kehidupan buat saya. Tidak ada teman, tidak ada orang dan tidak ada seorang pun pendukung,” ujar Sujata yang juga ditinggalkan oleh tunangannya itu.

“Ketika Anda memiliki segalanya, maka setiap orang akan mengerubungi Anda. Namun saat Anda kehilangan segelanya, tak ada seorangpun berada disamping Anda,” ujar Sujata dalam wawancara dengan AFP, Selasa (18/9/2007) di apartemennya di bagian selatan Hyderabad, India.

Sujata memulai lagi kehidupannya yang porak poranda dengan bermain saham. Ia pun beralih mempelajari seluk beluk pasar modal pada tahun 2004.

“Saya tidak punya pengetahuan bisnis. Saya mulai mempelajari aturan pasar saham, membaca buku-buku finansial, majalah serta menonton saluran televisi bisnis,” kata wanita cantik ini.

Ia belajar dengan sangat cepat. Sujata kini melakukan perdagangan melalui pialang di National Stock Exchange India.

Lima hari dalam sepekan, saat bursa saham dibuka, ia duduk dibalik layar komputernya untuk melakukan transaksi saham. Ia menjual dan membeli saham yang ia rasa memberikan ‘nilai bagus’.

Sujata mengaku dirinya mempelajari secara hati-hati fundamental emiten, melihat laporan keuangannya sebelum akhirnya membeli sahamnya.

Perjuangan Sujata tak sia-sia karena terus meroketnya Bursa Saham India, yang tahun lalu mencatat rekor kenaikan hingga 46,7%. Kesuksesan Sujata boleh dikatakan fenomenal mengingat pasar saham India didominasi oleh kaum pria.

Ia mengaku setiap bulan melakukan perdagangan sekitar 20-30 juta rupee atau sekitar US$ 493.785-740.582. Dari jumlah yang ditransaksikan itu, ia meraup pendapatan sekitar 10-15% atau sekitar US$ 4.991-7.626 atau sekitar Rp 47-72 juta per bulan.

Sebuah pencapaian yang luar biasa untuk seseorang yang tak bisa beraktivitas secara normal. Sujata pun kini berniat membuat sebuah investment house sendiri.

“Dua tahun setelah kecelakaan, saya merasa sangat tergantung. Sekarang saya mempunyai perasaan, saya bisa melakukan segala sesuatunya seperti orang lain, seperti orang normal. Saya secara finansial independen,” ujarnya dengan optimistis.

Ia mengaku seluruh pengalaman hidupnya yang berliku justru membuat ia semakin kuat.

“Saya adalah orang yang kuat. Namun setelah kecelakaan, saya menjadi lebih kuat. Saya tidak pernah menoleh ke belakang dan menangisi apa yang sudah terjadi,” pungkas Sujata.

Anda ingin meniru semangatnya?

Kenapa Investasi Saham?

Kenapa Investasi Saham?

Tujuan setiap investasi tentunya agar dana kita berkembang atau mendapat untung sebesar-besarnya. Investasi saham menawarkan potensi keuntungan yg cukup kompetitif saat ini di bandingkan dengan deposito bank misalnya. Suku bunga Bank Indonesia (SBI) di akhir 2007 sebesar 8% dan tidak menutup kemungkinan akan semakin turun tahun 2008 ini yg artinya bahwa suku bunga deposito juga akan semakin turun (saat ini bunga deposito 8%) ditambah lagi bahwa jumlah deposito yg dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) semakin berkurang. jumlah yg dijamin akan diperkecil lagi menjadi hanya Rp100 juta . Tidak dijamin LPS artinya jika suatu saat bank tempat anda menanam uang deposito tsb bangkrut dan tutup maka LPS tidak menjamin pengembalian uang anda tsb. Ini menjadikan deposito semakin kurang menarik, sebaliknya investasi saham semakin menjadi alternatif investasi menarik melihat perkembangan bursa saham 3-4 tahun ini yg menunjukkan kinerja yg semakin baik, penutupan 2007 IHSG 2700 atau naik lebih dari 52 % dibanding penutupan 2006 dan menjadikan Bursa Efek Jakarta (BEJ) sebagai bursa dgn kinerja terbaik ke 3 di dunia selama 2007 dengan nilaii kapitalisasi pasar Rp2.539,04 Triliun. Dgn jumlah emiten (perusahaan go public yg mencatatkan sahamnya di bursa efek) sekitar 383 dan akan terus bertambah seiring makin banyaknya perusahaan yg go public menjadikan pilihan saham yg bisa dibeli menjadi lebih variatif. Investasi saham menawarkan kemungkinan keuntungan yg tinggi bahkan sangat tinggi tetapi tentu saja juga mengandung resiko yg cukup tinggi pula, tetapi bukankan setiap investasi selalu memiliki resiko (meskipun kadar resikonya berbeda, High Risk High Return Low Risk Low Return). Jadi poinnya adalah bagaimana kita mengelola resiko itu secermat mungkin sehingga investasi itu memberikan keuntungan yg sebesar-besarnya bagi kita dengan cara mengenali & mempelajarinya sebaik-baiknya terlebih dahulu baik itu tata cara maupun resikonya sebagai bekal untuk untuk berinvestasi saham.